Assalamualaikaum, hallo….teman-teman, hari ini pada tanggal 2 November 2023, siswa-siswi MTs Al Muhtaduun seperti biasa melakukan kegiatan Literasi Digital. Pada hari ini literasi digital kami tentang “KISAH INSPIRATIF – PESAN MORAL DARI SEGENGGAM GARAM”.

Dahulu kala, hiduplah seorang Lelaki Tua yang terkenal saleh dan bijak. Di suatu pagi yang basah, dengan langkah lunglai dan rambut masai, datanglah seorang Lelaki Muda, yang tengah dirundung masalah. Lelaki Muda itu tampak seperti orang yang tak mengenal bahagia. Tanpa membuang waktu, dia ungkapkan semua resahnya: impiannya gagal, karier, cinta dan hidupnya tak pernah berakhir bahagia.

Kakek Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan teliti dan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta Lelaki Muda tersebut untuk mengambil segelas air. Dia taburkan garam itu ke dalam gelas, lalu dia aduk dengan sendok, tenang, bibirnya selalu tampilkan senyum.

“Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya?” pinta Kakek Tua itu.

“Asin dan pahit, pahit sekali”, jawab sang Lelaki Muda tersebut, sambil meludah ke tanah.

Kakek Tua itu hanya tersenyum. Ia lalu mengajak lelaki muda tersebut itu berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan beriringan, tapi dalam kediaman. Dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu. Kakek Tua itu, masih dengan mata yang memandang Lelaki Muda itu dengan cinta, lalu menaburkan segenggam garam tadi ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu, diaduknya air telaga, yang membuat gelombang dan riak kecil. Setelah air telaga tenang, dia pun berkata;

“Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah”. Kata Kakek Tua tersebut.

Saat Lelaki Muda itu selesai meneguk air telaga, Kakek Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”

“Apakah kamu masih merasakan garam di dalam air itu?” tanya Kakek Tua lagi.

“Tidak,” jawab si Lelaki muda tersebut.

“Lelaki muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan iyu seperti segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu anakku, selalu berasal dari bagaimana cara kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan:

“Lapangkanlah dadamu untuk menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai pandangan hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar dari keleluasan itu.”

Kakek Tua itu lalu kembali memberikan nasihat:

“Hatimu anakku, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan mengubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”

Lalu anak muda tersebut mengangguk dan tersenyum dengan penuh kepuasan, dia telah memahami apa yang telah si kakek tersebut sampaikan.

Setelah itu keduanya akhirnya beranjak untuk kembali pulang, dan sang kakek kembali membeli garam, karena garam yang ada di rumah sang kakek telah habis.

Kesimpulan : “Belajar dari kisah segenggam garam. Sebuah kisah inspiratif yang akan membuka sudut pandang kita mengenai suatu masalah. Mereka yang berbahagialah yang mampu merubah masalah menjadi hikmah. Semua itu tergantung wadahnya. Jika wadah anda kecil, maka masalah akan terasa pahit. Namun jika wadah anda besar, sepahit apapun masalah akan terasa mudah. Semoga kita bisa belajar dari kisah segenggam garam.

Itulah kegiatan Literasi Digital yang telah kami lakukan pada tanggal 2 November 2023.

Terima Kasih atas perhatianya semoga bermanfaat, Wassalamualaikum….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *